Senin, 30 Desember 2013

buat Ummi....

Wanita yang (selamanya) kan kusayangi dan kucintai
Dia terlahir di sebuah kampung yang (sepertinya) jauh dari kota, hidupnya sederhana (yang pasti tak senyaman hidupku sekarang). Dekat dengan hijaunya sawah yang menghampar luas, riak sungai yang senantiasa mengalirkan air jernih. Jauh dari hiruk pikuk kota yang penat dan bising.
Dia wanita yang dilahirkan dan dibesarkan oleh seorang ibu yang sangat luar biasa, melahirkan 2 jundi dan 1 jundiyah yang subhanallah sangat hebat. Seorang ibu yang tidak pernah menyerah dengan keadaan dirinya, seorang ibu yang sedari kecil ditinggal oleh orang tuanya. Seorang ibu yang selalu berjuang melengkapi persil-persil ilmu pengetahuan. Seorang ibu yang selalu punya semangat untuk menjadikan anak-anak lebih baik dari dirinya.
Dia wanita yang dibesarkan juga oleh seorang bapak yang tak pernah mengeluh akan nasib yang (hampir) tak selalu berpihak pada mereka. Seorang bapak yang rela mengorbankan kehidupannya yang cukup untuk mengarungi bahtera hidup dengan penuh perjuangan. Seorang bapak yang selalu memegang tangan anaknya tetap kuat mengarungi kehidupan ini.
Wanita itu menjalani masa muda dengan tidak mudah, wanita yang begitu gigih memperjuangkan pendidikan yang ia tempuh. Walau aral melintang badai menghadang tak pernah menyurutkan langkahnya untuk tetap bersekolah. Walau harus bersepeda berkilo-kilo meter demi mendapatkan angkutan umum yang akan mengantarkan ke kampus yang lagi-lagi (menurutku) tak bonafit, tak keren. Tapi lagi-lagi pendidikan berkualitas tak hanya dimiliki oleh kampus yang keren dan tenar. Wanita itu rela berjualan kangkung dan menjahit untuk membayar biaya kuliahnya. Ya.. dia tak bisa mengandalkannya orang tuanya, karna situasi akan semakin runyam.
Dia adalah wanita yang akhirnya dipertemukan dengan seorang pria yang tak kalah keren. Memang, wanita keren hanya untuk laki-laki keren. Mereka akhirnya menjejaki fase baru dalam kehidupan mereka, padahal pria yang ia nikahi beum mempunyai pekerjaan mapan, kulliahnyapun baru saja dimulai, wanita itu bahkan harus merelakan sebuah gelang hadiah dari sang mertua karna harus mengambil ijazah yang membutuhkan biaya.
Dia adalah wanita yang sudah berpuluh tahun mengabdikan hidup untuk kampungnya, tak peduli dianggap atau tidak oleh masyarakat sekitarnya. Bahkan ia adalah seorang pionir yang menginisiasi adalah SMA di kampung itu mengingat sangat rendahnya kemauan belajar dari anak-anak muda disana. Rela tidak bergaji, rela menempuh berjam-jam perjalanan dengan sepeda motor ke ibu kota kabupaten demi mengurus seluruh admintrasi sekolah. Demi legalnya sekolah yang ia rintis, rela dengan gaji 9o ribu dalam 1 bulan agar pemuda-pemudi di kampung itu tidak putus sekolah.
Dia adalah wanita yang senantiasa tetap istiqomah membina ibu-ibu di lingkungan sekitar, ia yang selalu menyediakan waktu agar bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya, yang tak sungkan mengulurkan tangannya untuk membantu orangorang sekitarnya, senantiasa memotivasi ibu-ibu di sekitarnya untuk tidak mudah menyerah untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
Wanita itu ialah ummi..
Ummi yang telah melahirkanku dan 5 saudaraku, seorang ibu yang telah mengorbankan rahimnya selama 9 bulan untuk kami. Seorang ibu yang tiada duanya di dunia ini. Seorang ibu yang telah membesarkan kami satu persatu dengan caranya sendiri.
Ummi, adalah sosok yang selalu dirindukan oleh anak-anaknya. Yang selalu cerewet kalau kalau anaknya belum makan sebelum pergi ke sekolah, seorang ibu yang tegas dalam meluruskan apa-apa yang kami anggap benar padahal tidak dari sebuah ajaran islam.
Seorang ibu yang selalu bangun lebih awal untuk bermunajat pada Allah, agar anak-anakNya tetap berada dalam lindunganNya. Seorang ibu yang punya prinsip untuk mempesantrenkan anakanaknya sejak masuk usia SMP. Seorang ibu yang selalu melarang anak-anaknya untuk tidak berada di kampung saat usia sudah menginjak SMP karna kapung itu tak lagi kondusif untuk pembentukan kepribadian.
Ummi adalah sosok yang tak pernah mau membebani pikiran anak-anaknya dengan kondisi ekonomi di rumah, sosok yang (hampir) selalu menolak jika saja anaknya kepikiran dengan keuangan keluarga.
Ummi adalah sosok yang mengnspirasiku selamanya. Ummi adalah sosok ibu, sosok istri, sosok wanita yang sempurna di mataku.
Ummi…….
Sayang ummi karena Allah..
Karena ummi punya caranya sendiri dalam mendidik anak-anaknya…
Ummii….
Ajari awi menjadi sosok wanita seperti ummi…
Yang tetap tegar walau badai menghadang..
Yang tetap tanggung walau aral melintang..
Semoga kita berkumpul di syurgaNya kelak.. syurga firdaus insyaAllah… J
~~ happy mother’s day~ 

Jumat, 06 Desember 2013

random post

_Sakinah Bersamamu_
(sebuah cerpen dalam buku yang juga berjudul sakinah bersamamu karya Asma Nadia)
Pertama kali liat buku ini, agak gimana gitu ama judulnya, tapi pas buka bukunya dan ulasan-ulasannya dalam bentuk cerpen langsung tertarik membacanya, hahaha… noted:Cuma tertarik baca ceritanya..!!!
[sedikit ulasan ceritanya]
Kenapa kita menikah, bang?
Sebab tanpamu, tak ada pernikahan bagiku.
(Cuma mau ngasih tau penggalan-penggalan cerita yang menurutku menarik)
……..
Dan seperti yang sudah-sudah setiap kali memandangmu tertidur, baying-bayang kebersamaan kita begitu saja terpampang di pelupuk. Berkejaran. Takdir telah mempertemukan kita, dua orang yang tidak sempurna, hingga sampai ke pelaminan. Ketika aku mulai cemas, tak aka nada lelaki yang berani mendekati, apalagi melamarku.
“makanya jangan pasng muka galak, Ri!” celetuk Ratasya, sahabat baikku yang sudah seperti saudara kandung itu, dengan mimic lucu.
Galak? Iyakah?
Tapi Mitha yang dua puluh kali lebih sangar dariku, sudah setahun lalu dipinang lelaki jawa, dari fakultas lain.
“mungkin kau terlalu pemilih!”
Kali ini suara Mitha. Apakah dia mendengar kalimat pendek yang terbersit di batinku?
Pemilih?
Pikiran itu nyaris membuatku tergelak-gelak. Imajinasiku membayangkan adegan puluhan tangan sibuk memilih pakaian yang sedang sale di department store. Allah… bagaimana bisa membuat pilihan ketika tak satupun laki-laki lain terlihat mengambil ancang-ancang mendekatiku?
Sementara Raja, satu-satunya makhluk lawan jenis yang dekat denganku sejak di bangku pertama kuliah member jawaban lain. Simple aja, “kau terlalu perkasa bagi laki-laki, Ri” (langsung terhenyak pas di bagian ini)
Ah. Jika saja dosen sosiologi kami tak keburu dating, pasti sudah kudebat dia untuk mendefinisikan arti kata ‘perkasa’ disini. Apakah perkasa itu karena aku mengendarai motor gede ke kampus? Apakah kata itu dilekatkan karena kebiasaanku mengenakan celana panjang dengan banyak saku? Atau karena cara bicaraku yang terus terang dan tidak kemayu? Tau… karena aku tidak merasa perlu meminta tolong apapun kepada teman-teman pria di kampus, untuk hal-hal yang masih bisa kukerjakan?
Galak, pemilih, perkasa. Tiga kata itu membuatku mereka-reka akhir kisah cintaku yang tak pernah dimulai. Padahal kata irang-orang wajahku tidak jelek. Behkan menurut Raja, aku jauh lebih menarik dari pada tikus-tikus yang terjebak lem di kamar kos-nya. Bah!
Syukurlah Allah maha baik padaku. Beberpa bulan menjelang wisuda, Dia mempertemukan aku denganmu, lebih tepatnya menurunkanmu dari metro mini yang menyerempet motor dan dengan sukses membuatku oleng dan terjatuh.
………
Awal ceritanya mengingatkanku akan diriku sendiri, seakan merasa satu nasib dengantokoh bernama Ri itu, bahkan sampai sekarang masih sering dijuluki ‘tangguh’ karena (katanya) cara jalanku terlihat seperti perkasa, cara bawa motornya juga perkasa dan suka ngebut (plis… ini ga bisa dikatakan indicator ‘tangguh’). Lagian, apa salahnya sih jadi cewek tangguh? (ah! Pertanyaan retoris untuk berkilah).
Dan mungkin hamper sama dengan cewek-cewek lain yang karakternya seperti aku, senasib gitu deh.. wajah jelek.. menurutku enggak.. toh hokum alam juga berkata bahwa kecantikan itu sifatnya relative… *kalo ini ngeles*
Sosok Ri tadi memang akhirnya menikah dengan Zaqi, laki-laki yang tak sengaja menyerempet itu. Lalu dengan lika-liku yang ada.. sampai akhirnya mereka terpisah oleh maut. Dan yang (juga) berkesan quote Asma Nadia di penggal pertama ulasannya.

Apakah yang terpenting dalam pernikahan?
Menikah dengan sosok sempurna, kah?
Menjalani hari-hari berkeluarga dengan cinta yang sama yang membawa kita ke gerbang pernikahan?
Menikmati kehisupan hingga masa tua, langgeng dan selalu bahagia tanpa pernah mengalami pengkhianatan cinta?


(yang kutarik intinya: menikah itu tak semanis yang dibayangkan dan tak semudah yang diharapkan)

Jumat, 28 Juni 2013

sepotong tulisan dari masa lalu *punya orang*


Desember,2010
I’m here…
Hmm… ga terasa dah klelas tiga, di penghujung tahun, kami akan menghadapi TO UN yang pertama, yang menjadi asal dari tuntutan ujian2,  dan TO2 berikutnya.
2 tahun lebih L ahabiskan waktu di PIAR, menenmpuh jalan hidup yang curam, tajam dan penuh kerikil.. (hiperbol), menghabiskan masa remaja yang penuh warna untuk menjadi insan dewasa (yang warnanya item putih doank).
“setiap pertemuan pasti ada perpisahan” dan itu gak bisa di pungkiri. Nggakkkan ada La  temuin teman-teman yang sama persis kayak teman di PIAR. Awee yang bawel, uni Dhiela yang cuek, Vera yg ‘busuk’, Muthi yang over, ezy yg silent, rini yg spirit dan semua temen-temen yang memiliki sejuta karakter. Hidup itu indah dan hidup itu hanya sekali maka nikmatilah friend… ya walaupu terkadang kenyataan tak sesuai dengan keinginan. Tapi itulah lika-liku kehidupan, warna dalam kesedihan dan air mata dalam kebahagiaan. Tak sanggup kukatakan setiap asa yang terbayang, tak sanggup ku ungkapkan isi hati yang tak terperikan, tak sanggup ku tuliskan kata-kata yang menghujam, tak sanggup ku artikan ekspresi wajah yang tersimpan, yak sanggup ku hiraukan sorotan mata penuh pengharapan, tak sanggup ku hilangkan canda tawa dalam kenangan dan tak sanggup ku lukiskan setiap warna dalam kehidupan, kawan.
Cita-citamu adalah jalanmu, tempuhlah itu demi mata-mata pengharapan, demi hasrat yang terpendam. Syurga itu tak murah teman, butuh kesabaran, keikhlasan, ketaatan dan pengorbanan untuk membelinya. (kalo udah beli bagi2 ya).
Dah dej itu ajha, dah adzan, dah capek, dah mau penuh. Awee kalau dah di UGM jangan sombong ya, kalo merit.. undang2 aku yaa. Aku penasaran siapa sih soulmate awee?! Mudah-mudahan tahan banting ya…!!! Jadi gak papa kalau awe tonjokin terus. TAPI jadi cewek lembutan dikit napa wee?! Ku selipkan doa dalam luka, kuselipkan asa dalam kata, kuselipkan cinta dalam tawa untukmu kawan…

                                                                             By: Fadhilatul Hasnah
Abis baca itu tulisan.. terharu banget.. jadi kangen ama kamu la…
Barakallah fii miladiki yeuy… mudah-mudahan segala asa di pertemukan dengan waktu yang tepat. Ga nyangka, kamu udah ngedo’ain aku di UGM sejak lama.. thankyu.. *peluk*. Itu pesan di paragraph terakhir nusuk banget dah.. mudah-mudahan suamiku ntar bener-bener tahan banting, pelaku pencak silat, karateka, taekwondo bahkan judo.. semoga… #loh

Minggu, 14 April 2013


13 April 2013- 23.55 WIB
Ummi, Inni Uhibbuki Fillah.. <3

Tokyo Tower, sebuah film yang sangat mengharukan. Mengajarkan kita bagaimana seorang ibu amat sangat mencintai anaknya. Cerita ini memang fiksi tapi faktanya, begitulah adanya. Apapun keinginan anaknya akan diterimanya secara rasional. Satu hal yang tak akan pernah lepas, sampai kapanpun ibu kita akan tetap menganggap kita anaknya sebagai seorang anak kecil.
Merantau bukanlah hal yang mudah. Jauh dari orang tua itu yang membuat kita berat hati, especially mom.. tapi untuk menggapai sebuah asa, untuk menjemput sebuah cita taka da yang dapat kita lakukan kecuali menimba ilmu di tempat yang lebih baik.
Ummi.. Inni uhibbuki fillah..
aku tau betapa sulitnya mempunyai anak sepertiku.  Kau tau?? Aku selalu menitikkan air mata ketika dirimu melepaskan aku untuk pergi menuntut ilmu. Setiap waktu saat bis akan melaju ke kota Padang atau ketika dirimu melepas kepergianku di Polonia. Kau tau? Bahkan aku selalu menangis.
Seiiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya umur. Ntah kenapa aku bukan makin terbiasa jauh darimu, tetapi malah ingin selalu berada di dekatmu.
Aku sadar, betapa sulitnya mempunyai anak sepertiku..
Yang aku lakukan hanyalah menengadahkan kedua tanganku agar abi dan ummi selalu memenuhi kebutuhan materiku. Aku menganggapmu hanya sebagai MESIN UANG.  Betapa bodohnya aku..
Aku sadar, taka da yang bisa kuberikan padamu.. TAK ADA.. ntah sampai kapan angan-angan ini terus menjadi khayalan yang taka da ujungnya.
Sumimasen okaasan.
Aku sadar bahwa begitu tidak bergunanya aku kepadamu. Bahkan sebuih dari jasamu tak jua bisa kubalas dengan setimpal. Dirimu selalu menceritakan inginmu padaku, tapi lagi-lagi (anakmu yang tak berguna ini) hanya menjadi pendengar setia.
Awi sayang Ummi karena Allah..
Setiap sujudmu dirimu takkan pernah alfa menyertai namaku dalam do’amu, taka da orangtua yang melupakan anaknya. Seumur hidupnya, sebejat apapun  orangnya.  Dirimu akan selalu mengasihi makhluk yang pernah berada di rahimnya, mengisap asi dari putingnya.
Maafkan aku, bahkan diriku sering melupakanmu dalam do’aku, diriku terlalu egois, sehingga untuk orang sedekatmu dengan diriku sering kuabaikan haknya.
Keinginan ummi selalu terngiang dalam benakku, setegar apapun aku tampak luar, ketika terngiang keinginan ummi yag satu itu, aku selalu menitikkan air mata.
“Awi berharap semoga saat Awi harus mengabdi pada qawwam Awi suatu saat nanti, yang melepaskan Awi adalah Abi, abi yang menjadi wali Awi ketika tiba saatnya nanti. Awi berharap Ummi menjadi orang terdekat Awi ketika Awi hamil, ketika Awi melahirkan jundi-jundi kecil Awi. Semoga Awi bisa seperti Ummi yang selalu tegar. Tak pernah cengeng apalagi mengadu.” ~my little whisper~