Minggu, 14 April 2013


13 April 2013- 23.55 WIB
Ummi, Inni Uhibbuki Fillah.. <3

Tokyo Tower, sebuah film yang sangat mengharukan. Mengajarkan kita bagaimana seorang ibu amat sangat mencintai anaknya. Cerita ini memang fiksi tapi faktanya, begitulah adanya. Apapun keinginan anaknya akan diterimanya secara rasional. Satu hal yang tak akan pernah lepas, sampai kapanpun ibu kita akan tetap menganggap kita anaknya sebagai seorang anak kecil.
Merantau bukanlah hal yang mudah. Jauh dari orang tua itu yang membuat kita berat hati, especially mom.. tapi untuk menggapai sebuah asa, untuk menjemput sebuah cita taka da yang dapat kita lakukan kecuali menimba ilmu di tempat yang lebih baik.
Ummi.. Inni uhibbuki fillah..
aku tau betapa sulitnya mempunyai anak sepertiku.  Kau tau?? Aku selalu menitikkan air mata ketika dirimu melepaskan aku untuk pergi menuntut ilmu. Setiap waktu saat bis akan melaju ke kota Padang atau ketika dirimu melepas kepergianku di Polonia. Kau tau? Bahkan aku selalu menangis.
Seiiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya umur. Ntah kenapa aku bukan makin terbiasa jauh darimu, tetapi malah ingin selalu berada di dekatmu.
Aku sadar, betapa sulitnya mempunyai anak sepertiku..
Yang aku lakukan hanyalah menengadahkan kedua tanganku agar abi dan ummi selalu memenuhi kebutuhan materiku. Aku menganggapmu hanya sebagai MESIN UANG.  Betapa bodohnya aku..
Aku sadar, taka da yang bisa kuberikan padamu.. TAK ADA.. ntah sampai kapan angan-angan ini terus menjadi khayalan yang taka da ujungnya.
Sumimasen okaasan.
Aku sadar bahwa begitu tidak bergunanya aku kepadamu. Bahkan sebuih dari jasamu tak jua bisa kubalas dengan setimpal. Dirimu selalu menceritakan inginmu padaku, tapi lagi-lagi (anakmu yang tak berguna ini) hanya menjadi pendengar setia.
Awi sayang Ummi karena Allah..
Setiap sujudmu dirimu takkan pernah alfa menyertai namaku dalam do’amu, taka da orangtua yang melupakan anaknya. Seumur hidupnya, sebejat apapun  orangnya.  Dirimu akan selalu mengasihi makhluk yang pernah berada di rahimnya, mengisap asi dari putingnya.
Maafkan aku, bahkan diriku sering melupakanmu dalam do’aku, diriku terlalu egois, sehingga untuk orang sedekatmu dengan diriku sering kuabaikan haknya.
Keinginan ummi selalu terngiang dalam benakku, setegar apapun aku tampak luar, ketika terngiang keinginan ummi yag satu itu, aku selalu menitikkan air mata.
“Awi berharap semoga saat Awi harus mengabdi pada qawwam Awi suatu saat nanti, yang melepaskan Awi adalah Abi, abi yang menjadi wali Awi ketika tiba saatnya nanti. Awi berharap Ummi menjadi orang terdekat Awi ketika Awi hamil, ketika Awi melahirkan jundi-jundi kecil Awi. Semoga Awi bisa seperti Ummi yang selalu tegar. Tak pernah cengeng apalagi mengadu.” ~my little whisper~