Selasa, 26 Agustus 2014

MET MILAD CHA..

26 Agustus 2014
21 tahun kini usianya..
ia menjadi gadis yang sangat disenangi orang-orang di sekelilingnya (tapi, gue gak ngerti ni orang pilih-pilih banget kalo masalah 'tempat tidur'nya)
21 tahun kini usianya..
ia memasuki tahun-tahun ketika tak sedikit yang bertanya "kapan lulus?" "sibuk apa sekarang?" bahkan sampai pada pertanyaan "kapan menikah?" (khayalan gue butek banget ya...)
21 tahun kini usianya..
ia memasuki tahap-tahap dimana kuliah akan menyenangkan (mudah-mudahan), dimana bidang yang ia pilih setelah 1 tahun uji coba gagal adalah yang akan dia minati ntah sampai kapan.
ia akan menjalani fase-fase hidup yang lebih dewasa yang gak ada namanya melakukan hal bodoh yang pernah ia lakukan kala itu XD
21 tahun kini usianya..
bagiku memasuki angka dua satu adalah hal-hal sulit yang pernah aku jalani (ini versi lebay banget), dimana kdua satu bahkan dua puluh adalah fase dimana orang disebut berkepala dua. (bayangkan nah... kepalanya udah dihitung dua coy...)
21 tahun kini usianya...
ia menjadi orang yang memikat siapapun yang bergaul dengannya. tak berbatas gender, semua orang menyukai cara bicaranya, gaya bergaulnya, selera humornya, selera fashionnya, dan cara ia memperlakukan teman-teman terdekatnya
21 tahun usianya..
semoga kau tak lagi menjadi gadis yang berharap pamrih dari orang tuamu yang dengan itu kau semangat mengupgrade nilai-nilaimu..
ingat Cha.. sudah 21.. :p
barakallah fii miladiki Raisa Karima..
terima kasih atas ikatan persaudaraan yang telah terbina selama 9 tahun (omaigat... pertemanan kita sudah terjalin lama coy...)
semoga semakin cantik... semakin menarik hati.. semakin shalihah.. semakin dekat kepada Allah..
semoga menjadi insan-insan yang lebih bermanfaat untuk orang lain, menjadi qurrata a'yun bagi Abi, Bunda, Bang Bi, Syauqi, Hilya, Syafiq, Haziq dan Athiya..
semoga tetap menjadi boss (ini julukan anak GS buat elu, kalo masih inget) yang baik buat genk kita..
semoga dengan bertambahnya umur lu gak mengurangi intensitas lu main ke Jogja buat ketemu gue, gak menghambat acara kumpul-kumpul anak GS.
semoga dengan bertambahnya umur lu gak mengurangi minat lu untuk mendenger cerita-cerita sampah gue..
semoga kita yang sama-sama udah 21 ini, bisa semangat dan jalan-jalan ke Bandung libur semester besok ya Cong...
ichaaa.... maaaf...
awalnya gue pengen ngasih lu video yang udah gue rekam di taman pasca sarjana UGM beberapa bulan yang lalu, gue pake baju warna pastel waktu itu,,, tapi pagi-pagi gue obrak-abrik directory gue udah gak ada, gue gak tau dimana gue simpen tu video..
pengen nangis rasanya gue tadi pagi...
alhasil, gue minta tolong seseorang buat rekaman.. ntar gue kirim ke instagram lu yaa...
huaaa... masih gak rela dengan video yang udah gue buat..
anyway, sangeul cukkae...
salamaik bakurang umua yo cong...

regard
gue yang selalu siap menerima cerita sampah lu

Sabtu, 15 Maret 2014

Abii...

Seorang pemuda duduk di hadapan laptopnya. Login facebook.
Pertama kali yang dia cek adalah inbox.
Hari ini terlihat sesuatu yang tidak dia perdulikan selama ini.
Bagian ‘OTHER’ di inboxnya. Ada dua pesan. Pesan pertama,
spam. Pesan kedua, dia membukanya. Ternyata pesan 3 bulan
yang lalu.
Dia baca isinya:
“Salam. Ini kali pertama abah mencoba menggunakan
facebook. Abah coba tambah kamu sebagai teman tapi tidak
bisa. Abah juga tidak terlalu paham benda ini.
Abah coba kirim pesan ini kepada kamu. Maaf, abah tidak
pandai mengetik. Ini pun kawan abah yang mengajarkan.
Ingatkah saat pertama kali kamu punya HP? Saat itu kamu
kelas 4 MI. Abah kasian semua anak-anak sekarang punya HP.
Jadi, abah hadiahkan pada kamu satu. Dengan harapan kamu
akan telpon abah kalau kamu mau cerita tentang masalah
asrama, sekolah atau apa-apa saja. Tapi, kamu hanya telpon
abah seminggu sekali. Tanya tentang uang makan dan jajan.
Abah berpikir juga, isi ulang pulsa 100 ribu tapi telpon abah
tidak sampai 5 menit. Sudah habiskah pulsanya?
Saat kamu kecil dulu, abah masih ingat pertama kali kamu bisa
ngomong. Kamu asyik panggil, ‘Abah, abah, abah’. Abah
bahagia sekali anak lelaki abah panggil abah. Panggil Umi.
Abah senang bisa berbicara dengan kamu walaupun kamu
mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang abah ucapkan
di umur kamu 4 atau 5 tahun.
Tapi, percayalah. Abah dan Umi bicara dengan kamu banyak
sekali. Kamulah penghibur kami di saat kami
berduka. Walaupun hanya dengan gelak tawamu.
Saat kamu masuk MI. Abah ingat kamu selalu bercerita dengan
abah ketika membonceng motor dengan abah setiap pergi dan
pulang sekolah. Banyak yang kamu ceritakan pada abah.
Tentang ibu guru, sekolah, teman-teman. Abah jadi makin
bersemangat bekerja keras mencari uang untuk biaya kamu ke
sekolah. Sebab kamu lucu sekali. Menyenangkan. Ayah mana
yang tidak gembira kalau anaknya suka ke sekolah untuk
belajar.
Ketika kamu masuk MTs. Kamu mulai punya kawan-kawan
baru. Kamu pulang dari sekolah, kamu langsung masuk kamar.
Kamu keluar pas waktu makan saja. Kamu keluar rumah
dengan kawan-kawanmu. Kamu mulai jarang bercerita dengan
abah.
Kamu pandai. Akhirnya masuk asrama di Aliyah. Di asrama,
jarak antara kita makin jauh. Kamu mencari kami saat perlu.
Kamu biarkan kami saat tidak perlu.
Abah tahu, naluri remaja. Abah pun pernah muda. Akhirnya,
abah tahu kalau ternyata kamu menyukai seorang gadis.
Ketika masuk kuliah, sikap kamu sama saja dengan ketika di
Aliyah. Jarang hubungi kami. Sewaktu pulang liburan, kamu
sibuk dengan HP kamu, dengan laptop kamu, dengan internet
kamu, dengan dunia kamu.
Abah bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah kawan
istimewa itu lebih penting dari Abah dan Umi? Adakah Abah
dan Umi cuma diperlukan saat kamu mau nikah saja sebagai
pemberi restu? Adakah kami ibarat tabungan kamu saja?
Akhirnya, kamu jarang berbicara dengan abah lagi. Kalau pun
bicara, dengan jari-jemari. Berjumpa tapi tak berkata-kata.
Berbicara tapi seperti tak bersuara. Bertegur cuma waktu hari
raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu
buang muka. Dimarahi, kamu tidak pulang liburan lagi.
Malam ini, abah sebenarnya rindu sekali pada kamu. Bukan
mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma abah
sudah terlalu tua. Abah sudah di penghujung usia 60 an.
Kekuatan abah tidak sekuat dulu lagi.
Abah tidak minta banyak… Kadang-kadang, abah cuma mau
kamu berada di sisi abah. Berbicara tentang hidup kamu.
Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu.
Menangis pada abah. Mengadu pada abah. Bercerita pada
abah seperti saat kamu keci dulu. Apapun.
Maafkan abah atas curhat abah ini. Jagalah solat. Jagalah
hati. Jagalah iman. Mungkin kamu tidak punya waktu berbicara
dengan abah. Namun, jangan sampai kamu tidak punya waktu
berbicara dengan Allah. Jangan letakkan cinta di hati pada
seseorang melebihi cinta kepada Allah.
Mungkin kamu mengabaikan abah. Namun jangan kamu
mengabaikan Allah.
Maafkan abah atas segalanya.”
Pemuda meneteskan air mata. Dalam hati perih tidak terkira.
Bagaimana tidak, tulisan ayahandanya itu dibaca setelah 3
bulan beliau pergi untuk selama-lamanya.

Dapet kisah beginian yg disebar kemana-mana via whatsapp.. benar memang teknologi mendekatkan yg jauh tetapi menjauhkan yang dekat.
Abiiiii.... awi gak pengen jadi anak seperti itu..
Abii... mungkin awi terlalu kaku sama abii, tapi di lubuk hati awi terdalam awi sayang abi..
Awi bangga punya abi yang sangat mendedikasikan diri untuk ummat.
Doakan awi bisa bermanfaat juga untuk orang lain suatu saat nantii...
Awi sayang abi karna Allah, sekarang dan selamanyaa...